Sunday, June 7, 2009

Saatnya Penerapan Gambar “Serem” di Bungkus Rokok



JAKARTA, KOMPAS.com – Berdasarkan hasil penelitian, peringatan berbentuk teks dalam bungkus rokok tidak mampu memotivasi perokok untuk menghentikan kebiasaan buruknya. Untuk itulah, pemerintah seharusnya segera mengeluarkan kebijakan tentang penerapan peringatan berbentuk gambar pada kemasan rokok.


“Dari masyarakat yang diteliti, 50 persen mengatakan peringatan teks tidak terbukti, 26 persen tidak termotivasi untuk berhenti merokok, dan 24 persen tidak peduli karena terlanjur ketagihan,” ungkap Prof. Dr. Budi Setyanto, Sp.JP (K), ahli jantung RS. Harapan Kita, saat diskusi dalam rangka Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Jakarta, Sabtu (6/6).


Hal senada disampaikan Dr. Widyastuti Soerojo, MSc, Ketua TCSC IAKMI Badan Khusus Pengendali Tembakau. Studi di berbagai negara, kata Widyastuti membuktikan peringatan kesehatan berbentuk gambar sangat efektif meningkatkan kesadaran perokok akan bahaya rokok.


Selain itu, lanjut Widyastuti, peringatan dengan menggunakan gambar juga tidak membutuhkan biaya dari pemerintah. “Sementara pemerintah tidak punya anggaran yang cukup untuk memberikan pendidikan dampak rokok ke masyarakat,” ucapnya.


Widyastuti menambahkan, saat ini produsen rokok di Indonesia memproduksi dua versi bungkus rokok. Bungkus rokok dengan versi peringatan bergambar untuk diekspor, sedangkan ironisnya untuk masyarakat Indonesia cukup dengan tulisan.


“25 negara telah mencantumkan peringatan bergambar dan 4 negara di ASEAN. Negara lain bisa, mengapa tidak di Indonesia?,” tegasnya.


Untuk peringatan kesehatan yang efektif, lanjut Widyastuti, seharusnya berbentuk gambar dan tulisan pada bagian atas yang mencakup 50 persen permukaan depan dan belakang. Selain itu, berwarna dan tidak tertutup selubung sehingga mudah terlihat serta menunjukkan risiko merokok.


“Yang terakhir, pesannya tunggal dan diganti secara periodik. Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan itu,” lanjutnya.


Ketua Pengurus Harian YLKI, Husna Zahir mengatakan, tanggung jawab untuk memberikan informasi tentang dampak rokok bukan hanya pada pemerintah atau masyarakat, tetapi juga produsen rokok.


“Sekarang ini peringatan dari produsen setengah hati. Posisi teks kalah dengan logo, warna, merek, atau gambar dalam bungkus rokok,” paparnya.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More