sumber :http://www.suaramedia.com/timur-tengah/terungkapnya-kehidupan-manusia-goa-ala-yahudi.html
Para pemukim tersebut mengatakan bahwa berdasarkan hukum Israel, tidak ada larangan untuk tinggal di dalam goa dan tampaknya hal tersebut menjadi satu-satunya cara untuk mempertahankan pemukiman terluar Yahudi.
Laporan tersebut mengatakan bahwa para pemukim bekerja pada malam hari, mempersiapkan goa-goa di dekat pemukiman Qedumim. Lebih lanjut lagi, laporan tersebut menambahkan bahwa mereka menginginkan pemasangan jaringan listrik dan pipa air di kawasan tersebut.
“Kami sama sekali tidak memiliki masalah dalam mengevakuasi pemukiman terluar, jika pemerintah mau mencarikan alternatif hunian bagi kami, dan menangani segala permasalahan dan kebutuhan kami,” kata seorang pemukim.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, sekembalinya dari lawatan ke AS, memerintahkan polisi Israel untuk mengusir para pemukim Israel dari puncak bukit di Tepi Barat, dimana dia didesak untuk mengambil tindakan tersebut oleh AS.
Tidak lama berselang, polisi perbatasan Israel langsung mengevakuasi sekitar tiga lusin orang Yahudi, merobohkan tujuh kabin pengganti, sebagian didirikan kembali dan disebut dengan Maoz Esther, atau Benteng Esther – sebuah pemukiman yang dipandang ilegal bahkan oleh pengadilan Israel sendiri, yang tidak mengakui peraturan internasional yang menyebut bahwa seluruh pemukiman Yahudi dinyatakan ilegal.
Untuk diketahui, salah satu tuntutan AS adalah agar Israel menghentikan pembangunan pemukiman ilegal Yahudi di Tepi Barat. Wakil presiden Joe Biden pernah menyatakan bahwa AS menginginkan pembangunan pemukiman Yahudi segera dihentikan.
“Anda (Israel) tidak akan menyukai nada bicara saya, jangan lagi membangun pemukiman, robohkan pemukiman Yahudi terluar, agar orang-orang Palestina bisa bergerak lebih bebas,” katanya.
Beberapa kali Netanyahu menolak untuk berkomitmen dalam menghentikan pembangunan pemukiman dan menolak mendukung solusi dua negara.
Wakil menteri luar negeri, Danny Ayalon, setuju bahwa Israel setidaknya terikat untuk membongkar pemukiman Yahudi terluar.
Namun dia juga mengatakan, bahkan tanpa adanya pemukiman sekalipun, situasi yang berkembang di kawasan tersebut akan membuat pemerintah kesulitan untuk mencegah terus berkembangnya “pertumbuhan alami”.
“Menurut saya, pembekuan “pertumbuhan alami” tidak mungkin dilakukan atau jika dilakukan akan menjadi perbuatan yang “tidak manusiawi”,” katanya.
“Yang sebenarnya terjadi adalah, orang-orang (Yahudi) tidak bisa lagi memiliki keturunan karena mereka harus memikirkan struktur bangunan untuk taman kanak-kanak, namun mereka tidak bisa melakukan itu.”
Sejumlah pemukim Yahudi muda meyakini bahwa mereka memiliki hak yang diberikan langsung oleh Tuhan mereka untuk tinggal di Tepi Barat.
“Kami ingin membangun tanah Israel, kami ingin membangun tanah ini dari awal,” kata seorang Yahudi yang menggunakan nama samaran Yosef.
“Seluruh tanah Israel (Palestina, Red) merupakan milik kami. (Tanah tersebut) diberikan Tuhan kepada kami, seluruhnya!”
Dan memang itulah yang diinginkan oleh Israel, mereka ingin membangun tanah Israel. Mereka semuanya Zionis – mereka datang ke Israel hanya untuk “membangun tanah Israel”.
Dari kediaman mereka di dekat pemukiman Qedumim, Yosef dan kawan-kawannya dapat melihat pemandangan berupa bukit-bukit yang mengelilingi daerah tersebut.
Yosef adalah salah satu dari sekitar 300.000 orang pemukim Yahudi yang pindah ke Tepi Barat sejak Israel menjajah tanah tersebut pada tahun 1967.
Kebanyakan pemukiman tersebut dinyatakan sah di mata hukum Israel, namun sebagai bagian dari upaya kaum Yahudi Zionis untuk mengklaim “tanah yang dijanjikan Tuhan” , maka para pemuda tersebut mendiami gua di sisi bukit.
“Kami tahu bahwa tanah ini bukan milik Palestina. Tidak ada orang Palestina yang memiliki hak atas tanah ini,” katanya.
“Kami datang ke Israel karena Tuhan menjanjikan tanah kepada kami sejak dahulu. Maka ini semua bukan salah kami.”
“Mereka (Palestina) memiliki 27 negara tujuan lain yang bisa mereka tinggali, silakan pergi kemana saja,” pungkasnya. (dn/ptv/abc) Dikutip oleh www.suaramedia.com
0 comments:
Post a Comment